Menurut para ahli sejarah binatang, kecoa sudah ada semenjak 320 juta tahun yang lalu. Mereka lebih dahulu hadir sebelum dinosaurus yang diyakini muncul 250 juta tahun yang lalu. Seperti binatang lainnya, mereka mengalai evolusi sampai memiliki bentuknya sekarang ini.
Sekarang kecoa sudah memenuhi semua lokasi di Bumi ini, bahkan di antartika sekalipun! Terdapat berbagai macam jenis kecoa, sekurang-kurangnya ada 3500 jenis , sumber lain bahkan mengatakan mencapai 5000 jenis. Mereka memilih untuk hidup di tempat-tempat lembab, seperti pembuangan sampah, di belakang lemari, bahkan di bawah tempat tidur!
Kehadirannya di komunitas manusia bukanlah sesuatu yang diharapkan. Mereka banyak, tapi tidak dapat dimakan. Coba kalau dapat dimakan, tentunya kelaparan tidak pernah ada di dunia. Alih-alih, kita membencinya, menghindarinya, bahkan ada yang takut padanya.
Kenapa Kecoa Dibenci
Entah bagaimana, perspektif kita terhadap kecoa sama: JIJIK! Mungkin karena kita mengetahui di mana mereka hidup. Atau jangan-jangan sejak lahir kita sudah punya insting yang sama terhadap kecoa: jijik! Hali ini bisa menjadi topik penelitian yang menarik. Sejumlah bayi dapat dijadikan sampel terhadap ini. Tapi tentu orang tuanya tidak akan pernah mengizinkan karena orang tuanya tahu kecoa itu menjijikkan. Jadi, kita mungkin tidak akan pernah tahu apakah perasaan jijik terhadap kecoa ini bawaan dari lahir atau karena pengaruh lingkungan.
Karena jijik, mereka harus dienyahkan! Pembunuhan kecoa memang bukan saja karena alasan jijik, tapi juga alasan kesehatan. Meskipun belum ada bukti ilmiah bahwa tubuh kecoa membawa penyakit menular bagi manusia, tapi karena kecoa suka berkeliaran di tempat yang kotor (banyak kuman penyakit) maka otomatis ketika dia berjalan-jalan di atas alas kasur kita si kotoran tadi menempel di atas alas kasur. Masih mending alas kasur, masih dapat dicuci. Daripada jalan-jalan di atas makanan kita, makanan harus dibuang!
Fakta kekotoran kecoa: Makanan kesukaan kecoa adalah sampah atau sisa makanan, yaitu makanan-makan basi yang sudah tentu banyak bakteri dan virus. Mereka mencicipi makanan mereka dengan kaki-kakinya. Dengan kaki-kaki itu pula mereka berjalan-jalan di atas lantai Anda. Hiii, dapat dibayangkan betapa joroknya bekas langkah para kecoa. untungnya kaki kaki kecoa sangat kecil, coba kalau kaki-kaki mereka besar dan lebar, berapa banyak kotoran yang mereka bawa.
Jika Anda mendapatkan sebuah kecoa di rumah Anda, maka Anda boleh tidak tenang karena berarti dia punya banyak teman. Kecoa selalu hidup berkelompok. Saat berjalan, mereka meninggalkan jejak yang dapat dikenali oleh kecoa lain sehingga tidak akan pernah ada kecoa yang nyasar. Ini memastikan kecoa untuk terus hidup bersama, mendapatkan makan, dan tentu saja melanjutkan keturunan.
Tapi mengenyahkan kecoa bukan perkara gampang. Menyambit dengan sandal jelas bukan solusi. Paling dia hanya lari sebentar – kita bukan ingin mengusirnya, tapi mengakhiri hidup mereka! Yang sering kita lakukan adalah menguber-uber kecoa begitu ada satu yang terlihat. Begitu dalam jarak injak, langsung diinjak!
Kecoa sangat lincah. Butuh beberapa kali injakan sebelum akhirnya kecoa tewas. Di samping itu, perasaan jijik membayangkan rupa kecoa terinjak dan mengeluarkan cairan dari dalam tubuhnya membuat kita sering menginjak dengan tidak sepenuh hati – ini berkontribusi kenapa injakan kita sering meleset. Namun, dilempar dengan buku atau dipukul dengan kayu pun, kecoa tetap susah dibunuh. Mereka sungguh lincah, dapat menghindar dengan tepat seakan-akan tahu dari mana serangan akan datang.
Penelitian membuktikan bahwa kecoak masih bisa hidup beberapa hari setelah dipenggal kepalanya. Dan jika saatnya tepat, kecoak-kecoak yang masih berkepala dapat hidup dengan hanya memakan lem atau sesamanya.
Keunikan Kecoa
pertama: geomagnetik
Kelincahan kecoa menjadi salah satu subjek penelitian: kenapa kecoa dapat menghindar serangan dengan begitu mudahnya. Ternyata kecoa memanfaatkan medan magnet bumi (geomagnetik) untuk memandu pergerakannya seperti yang dilaporkanan di Journal of Experimental Biology, Vol. 212 Issue 21, November 1, 2009.
Penelitian ini melakukan serangkaian eksperimen terhadap kecoa di dalam medan listrik dan gelombang radio. Para peneliti ini mengungkapkan bahwa kecoa dapat memetakan medan geomagnetik seperti halnya burung. Ini bukan ilmu murahan! Merasakan geomagnetik saja sudah merupakan kelebihan serangga, tapi ini tidak hanya sekedar merasakan, tapi melihat! Dan karena mereka sudah menghuni Bumi ini 350 juta tahun lamanya, sistem pemetaan ini sudah tersebar di seluruh jenis kecoa! Dengan kata lain, mereka sejak lahir sudah tahu bagaimana rupa Bumi ini dari perspektif medan geomagnetik. Hebat!
Artinya: untuk membunuhnya, buat mereka tidak lincah. Untuk membuatnya tidak lincah, hilangkan medan geomagnetik. Untuk menghilangkan medan geomagnetik, hancurkan Bumi. Kesimpulan: untuk membunuh kecoa, hancurkan Bumi! hehehe ..
kedua: blattabacterium
|
blattabacterium |
Pemetaan dengan medan geomagnetik Bumi bukan satu-satunya kelebihan kecoa. Sebuah laporan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, Vol. 106, No. 43, October 27, 2009, menyebutkan bahwa terdapat sejenis bakteria yang disebut blattabacterium yang mampu mengubah sampah menjadi sari makanan yang dibutuhkan kecoa untuk hidup. Ini membuat kecoa dapat hidup dari memakan apa saja. Lebih gila lagi, saking efisiennya sistem daur ulang yang dilakukan bakteri tadi, kecoa tidak butuh pipis!
Kehadiran bakteri ini membuat kecoa mampu hidup sederhana, efektif, dan efisien. Tapi di sisi lain, kecoa menjadi sangat bergantung pada bakteri yang diperkirakan “hinggap” dalam tubuh kecoa 140 juta tahun yang lalu. Kalau bakteri ini mati, maka kecoa kehilangan segala kemampuan yang berhubungan dengan metabolisme tubuh. Kecoa sudah kehilangan kemampuan melakukan metabolisme sendiri.
Artinya: untuk membunuh kecoa, cukup bunuh blattabacterium ini. Namun, racun apa yang dapat efektif membunuh bakteri ini? Ilmuwan mengira bahwa bakteri ini dapat bermutasi sehingga resistan dengan racun yang diberikan.
Subhanallah, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan bathil